Pencak Macan dan Macapatan Tergerus Zaman
Pada Rabu (23/3) siang di dekat Bale Kembang, Kelurahan Lumpur, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, masyarakat sekitar riuh rendah menyaksikan kesenian pencak macan. Setelah itu, mereka mendengarkan alunan tembang macapat yang dilantunkan Nur Hasyim dengan membaca Serat Sindujoyo. Pencak macan dan macapatan kini semakin langka.
Dua budaya leluhur yang adiluhung itu terancam punah akibat tergerus zaman. Pencak macan adalah salah satu kesenian pengiring arak-arakan pengantin masyarakat pesisir di Kelurahan Lumpur dan Kroman yang sudah berusia ratusan tahun. Pertama kali seni ini dikenalkan dan dilestarikan oleh Mbah Sindujoyo. Itu setidaknya terungkap dalam Serat Sindujoyo yang ditulis dalan huruf Arab pegon dilengkapi gambar-gambar ilustrasi.
Tradisi pencak macan merupakan tradisi ngarak (mengiringi) pengantin dengan berjalan, dimulai dari rumah pengantin laki-laki. Setelah pengantin laki-laki dirias dan keluar rumah, langsung disambut penabuh hadrah dengan bacaan salawat. Pengantin berangkat diiringi arak-arakan kesenian tradisional yang dipentaskan di perempatan jalan, seperti hadrah dengan lantunan salawat dan tabuhan pencak silat terdiri dari tanjidor, tuk nong, dan kendang.
Tradisi pencak macan secara filosofisnya mempunyai arti sebagai pengingat tentang lika-liku serta konflik perjalanan yang akan dihadapi pasangan pengantin sebagai suami-istri dalam menjalani bahtera rumah tangga. Setidaknya hal itu tergambar dalam peran fisik macan, genderuwo, monyet, dan seorang ulama.
Macan melambangkan seorang laki-laki perkasa yang bersifat keras, memiliki sikap, dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Monyet menggambarkan seorang perempuan lincah walaupun cerewet dan suka aneh-aneh. Namun, dia mempunyai sikap rajin dalam mengurus rumah tangga. Di sisi lain, genderuwo (setan) melambangkan sifat angkara murka dan hawa nafsu.
Dalam perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga, pasangan suami-istri tidak luput dari perselisihan dan konflik yang dipicu akibat tipu daya dan godaan setan. Rumah tangga yang terpengaruh bisikan setan sering terlibat pertengkaran. Hal ini digambarkan symbol macan dan kera berkelahi dengan gerakan pencak silat.
“Oleh karena itu, untuk menenangkan ada salawat. Artinya, bila rumah tangga ingin tentram rukun tidak bertengkar seperti macan dan kera, harus banyak bersalawat kepada Nabi Muhammad dan mendekatkan diri pada Allah. Hal ini disimbolkan dengan ulama, seni hadrah, dan bacaan salawat,” kata Muharis, salah seorang seniman pencak macan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar